Senin, 03 September 2012

A Letter From Iwo Jima



Cerita bersetting di zaman sekarang. Sekelompok arkeolog menemukan setumpukan surat-surat di sebuah gua perlindungan di Pulau Iwo Jima. Adegan kembali ke masa lalu,
 Seorang mantan tukang roti bernama Saigo (Kazunari Ninomiya) yang dipaksa oleh para Kempetai Jepang untuk menjadi prajurit rendahan di Pulau Iwo Jima yang kabarnya akan diserang oleh para Tentara Amerika. Ia bersama prajurit rendahan lain pun mendapat pekerjaan menggali parit perlindungan.
 We soldiers dig. We dig all day. This is the hole that we will fight and die in. Am I digging my   own grave? - Saigo

Saat itu, karena Saigo mengeluh ingin pulang kepada temannya, Kashiwara (Takashi Yamaguchi) Saigo dan Kashiwara pun terancam dihukum cambuk. Beruntung, pada saat itu, munculah seorang Jenderal di pulau Iwo Jima yang bernama Tadamichi Kuribayashi (Ken Watanabe) yang muncul dan menyelamatkan Saigo dan Kashiwara dari hukum cambukan tersebut.


Kuribayashi, seorang Jenderal modern yang diutus oleh Kekaisaran Jepang untuk menyelamatkan Pulau Iwo Jima dari cengakeraman pihak Amerika. Mempertahankan Pulau Iwo Jima ini akan sangat sulit. Ini, dikarenakan pihak Angkatan Laut dan Angkatan Udara sudah kalah di pertempuran sebelumnya.
Kuribayashi meminta para prajurit yang sedang menggali parit perlindungan di pantai untuk berhenti, dan memerintahkan mereka untuk memperkuat pertahanan di tempat yang lebih tinggi. Hal ini sempat ditentang oleh Komandannya Saigo. Tapi mau bagaimana pun, perintah tetap ada di tangan Jenderal Kuribayashi.
Keesokan harinya, datanglah Letnan Takeichi Nishi (Tsuyoshi Ihara), seorang Perih medali emas Olimpiade dalam cabang lompat kuda. Ia datangb bersama dengan kuda kesayangannya di Iwo Jima.


Kondisi pulau yang sangat buruk dan rawan penyakit membuat beberapa teman Saigo tewas. Termasuk Kashiwara yang juga ikut meninggal. Sebagai ganti Kashiwara, didatangkan seorang prajurit baru bernama Prajurit satu Shimizu (Ryo Kase). Saigo dan salah satu temannya yang bernama Nozaki (Yuki Matsuzaki) mencurigai bahwa Shimizu adalah seorang kempetai yang sedang mengawasi gerk-gerik para prajurit.
Namun, setelah Shimizu bercerita, Saigo dan Nozaki akhirnya mengetahui bahwa Shimizu adalah seorang Kempetai yang telah dikeluarkan hanya karena tidak mau menembak anjing yang terus berisik seperti suruhan atasannya.

Akhirnya, serangan Amerika pun mulai berdatangan. Puluhan kapal perang menyerbu ke Pulau Iwo Jima. Ratusan ribu tentara yang terlatih pun siap dengan senjata yang lengkap. Belum lagi, adanya pesawat pengebom. Para Prajurit pun mulai takut mati. Nozaki pun mengatakan bahwa ia tidak akan mungkin mati karena mengenakan Senninbari yang dijahit oleh ibunya.
Kuribayashi pun memerintahkan agar seorang prajurit tidak boleh mati sebelum membunuh setidaknya 10 orang. Namun sayangnya, pasukan tentara Jepang terus terdesak. Para tentara Amerika yang menggempur Iwo Jima dengan peralatan lengkap pun berhasil mendesak beberapa pasukan mundur hingga ke Gunung Suribachi.
Komandan cabang Peleton Saigo pun sudah sangat putus asa. Ia tidak mau menanggung malu kekalahan Jepang  didepan sang Kaisar, Hirohito. Sang Komandan pun memilih untuk meledakkan diri dengan granat. Semua orang termasuk Nozaki pun mengikutinya. Namun, Shimizu dan Saigo terlalu pengecut untuk melakukan bunuh diri dengan meledak seperti itu. Apalagi, Saigo teringat bahwa ia akan mempunyai seorang bayi, dari istrinya, Hanako yang setia menunggui Saigo dirumahnya, dikampung halamannya.

Akhirnya, Saigo dan Shimizu memilih bergabung ke peleton Kuribayashi. Disana, Saigo pun menjelaskan bahwa seluruh peletonnya telah bunuh diri. Akhirnya, Saigo pun bergabung dengan Kuribayashi. Disana, mereka sempat menangkap seorang Amerika. Disana, ia diobati atas perintah Kuribayashi dan Nishi. Namun, tentara itu tetap meninggal. Nishi pun menemukan surat milik tentara tersebut yang ternyata dari ibunya. Semua pun terdiam dan menganggap bahwa setan-setan barat tersebut juga mempunyai sisi manusia. Tiba-tiba ada bom. Letnan Nishi terkena pecahan bom tersebut. Ia menyusul kuda kesayangannya, meninggal.

Shimizu yang tetap masih paranoid pun memutuskan untuk melakukan desersi bersama Saigo. Namun, kepergian Saigo masih dapat dicegah oleh tentara lain. Di sana, Shimizu bertemu dengan tentara jepang lain yang ternyata juga desersi. Disana, mereka diberi minum. Namun sesaat kemudian, Mereka semua, ditembak. Mati.
 Kuribayashi pun mengajak Saigo berbicara. Ternyata, surat yang selama ini para prajurit tulis tidak pernah sampai ke keluarga masing-masing. Saigo pun disuruh oleh Kuribayashi untuk mengubur tumpukan surat tersebut di sebuah tempat. Pasukan Jepang semakin terdesak. Kuribayashi dan sisa-sisa prajurit lainnya pun akhirnya maju dan berusaha melawan tentara Amerika dengan sekuat tenaga. Namun akhirnya satu persatu dari mereka mati. Hanya tertinggal Kuribayashi dan Saigo.
Kuribayashi sedang sekarat. Ia meminta lebih baik dipenggal saja karena merasa malu tidak bisa mempertahankan Pulau Iwo Jima. Namun sebelum itu tentara Amerika menembak Kuribayashi dan mengambil pistol kesayangannya, hadiah dari seorang sahabat Kuribayashi, seorang Amerika.
Saigo yang tahu itu kesayangan Kuribayashi, terus berteriak-teriak dengan bahasa Jepang. Tentara Amerika yang tidak mengerti bahasa Jepang pun memukul Saigo dengan popor senjata. Saigo pingsan.


                                            -----------------------------------------------

Film garapan Clint Eastwood ini merupakan sekuel dari film Flags Of Our Father. Bila Flags Of Our Father bercerita tentang perang di Iwo Jima dari sudut pandang tentara Amerika dan para Jepang digambarkan amat kejam. Di Film ini sebaliknya, kita diperlihatkan kesusahan yang diderita oleh para Tentara "paksaan" yang mungkin bisa dibilang wajib militer. Well, lihat saja, seorang Tukang Roti yang mempunyai istri yang sedang hamil dipaksa untuk menggali parit yang mungkin sama saja dengan menggali kuburnya sendiri.
Well, itulah. Sebenarnya yang jahat adalah perang. Karena perang, semua jadi tampak terlihat kejam. Padahal kedua-duanya juga menanggung sengsara. Belum lagi, untuk keluarga yang ditinggalkan.

Ini True Story. Dan karena True Story, film ini tampak bakal menyeramkan, menyedihkan. Kasihan. Makan serangga, terancam penyakit. Dan saya menangis!!!! -____- ini film perang tapi berhasil bikin cengeng.
Agak merinding pas adegan bunuh diri demi Kaisar dengan iringan musik anak-anak kecil Jepang menyanyikan lagu untuk Kaisar. Itu mengerikan! bunuh diri meledakkan diri..

Dan merinding pake banget adalah ketika mengetahui tokoh disini benar-benar pernah hidup.

Tadamichi Kuribayashi

Takeichi Nishi
 Iya Man! Takeichi Nishi beneran peraih medali emas Olimpiade... Dan dia mati sia-sia gara-gara perang..
Sudah cukup perangnya, Semoga Dunia selalu damai.

5/5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar